Sentuhan Spiritual di Masa Senja

Penyuluh Agama KUA Binjai Timur Dampingi Lansia Belajar Al-Qur’an
Gustan Pasaribu - Kamis, 02 Oktober 2025 19:52 WIB
Sentuhan Spiritual di Masa Senja
dok.analisamedan.com
Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Kecamatan Binjai Timur sejak 2024. Setiap Rabu, para penyuluh datang membimbing, di antaranya Salim Fakhri, S.HI, yang dengan penuh kesabaran menemani proses belajar yang tak mudah.

analisamedan.com - Pagi itu, ruang sederhana di sebuah panti jompo di Kota Binjai terasa berbeda. Tak ada riuh televisi, tak terdengar pula obrolan ringan khas para penghuni. Yang terdengar hanyalah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terbata-bata namun penuh ketulusan. Suara renta berusaha melafalkan huruf demi huruf, meski sering kali harus diulang berkali-kali.

Di ruangan itu, para lansia menapaki perjalanan baru: memperbaiki bacaan Al-Qur'an di masa senja mereka. Program ini lahir dari gagasan Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Kecamatan Binjai Timur sejak 2024. Setiap Rabu, para penyuluh datang membimbing, di antaranya Salim Fakhri, S.HI, yang dengan penuh kesabaran menemani proses belajar yang tak mudah.

"Kadang ada yang lupa huruf yang baru saja diajarkan. Kadang harus diulang lima atau enam kali. Tapi justru dari situlah letak keharuannya mereka tetap semangat, tetap ingin bisa," ujar Salim, matanya berkaca-kaca.

Mengajar para lansia tentu berbeda dengan mengajar anak-anak atau remaja. Pendengaran yang melemah, penglihatan yang kabur, hingga daya ingat yang tak lagi tajam, semua menjadi tantangan. Ada yang ragu membaca di depan teman-temannya, ada yang malu ketika salah. Namun suasana kelas tahsin perlahan berubah: menjadi ruang yang nyaman, penuh canda ringan, dan semangat kebersamaan.

Bagi Salim, setiap senyum bahagia yang muncul setelah seorang lansia berhasil melafalkan satu ayat dengan benar adalah hadiah yang tak ternilai. "Kesulitan mereka adalah ujian kesabaran bagi kami. Tapi kebahagiaan mereka itu luar biasa," tambahnya.

Dari deretan kursi plastik sederhana itu, ada sosok yang selalu menarik perhatian: Nenek Yolanda (72). Tubuhnya ringkih, suara melemah, namun semangatnya membara. Ia selalu datang lebih awal, duduk di barisan depan, dan mengikuti arahan dengan penuh antusias.

"Walaupun saya sudah tua, saya ingin bacaan Al-Qur'an saya lebih baik. Kalau saya menghadap Allah nanti, saya ingin membawa bacaan yang indah," katanya lirih, suaranya bergetar menahan haru.

Ketekunan Yolanda menular. Ia berani mengulang satu ayat berulang kali, bahkan meminta bimbingan tambahan setelah kelas usai. Dan ketika akhirnya ia mampu membaca dengan tajwid benar, ruangan itu dipenuhi rasa bangga ada air mata, ada senyum, ada keheningan syahdu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Bagi para penyuluh, program tahsin ini bukan sekadar kewajiban pekerjaan. Ini adalah misi kemanusiaan. Mereka tidak hanya mengajarkan huruf-huruf Al-Qur'an, tetapi juga menyalurkan ketenangan batin. Banyak lansia yang merasa lebih damai setelah mengikuti kelas ini, lebih ceria, bahkan lebih aktif berinteraksi dengan sesama penghuni panti.

Kegiatan selalu ditutup dengan doa bersama. Saat tangan-tangan renta terangkat dan suara bergetar memohon ampunan, suasana ruang itu seolah dipenuhi cahaya. Ada rasa kebersamaan, ada keyakinan bahwa usia senja bukanlah penghalang untuk terus dekat dengan firman Allah.

Salim dan para penyuluh berharap program semacam ini bisa meluas. Mereka membayangkan panti-panti jompo lain juga mendapat sentuhan yang sama, mungkin dengan melibatkan relawan muda atau bantuan fasilitas seperti mushaf berhuruf besar bagi lansia yang kesulitan membaca. "Siapa pun kita, berapa pun usia kita, tetap butuh dekat dengan Al-Qur'an. Itu bukan hanya bacaan, tapi juga cahaya," tutur Salim.

Dan di sudut kota Binjai, cahaya itu terus menyala. Melalui huruf yang dieja perlahan, melalui ayat yang diulang berkali-kali, melalui senyum yang muncul setelah berhasil melafalkan satu kalimat dengan benar. Para lansia membuktikan: semangat belajar tak pernah pudar, bahkan di ujung usia.

Di masa senja mereka, Al-Qur'an menjadi teman setia. Dan para penyuluh agama dengan sabar, dengan kasih menjadi lentera yang menuntun langkah, satu huruf, satu ayat, satu jiwa, menuju keheningan yang penuh berkah.

Editor
: Gustan Pasaribu
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru